Hadhoroh & Tawasul Sesuai Sunah
Assalamualaikum wr wb
sebelumnya saya ucapkan apa kabar sahabat ku smoga sehat amiinn.
kali ini saya mau membagikan doa wirid dan hadoroh kepada kalian
semoga setelah mengamalkan doa ini kalian bisa di ampuni dosa dan bisa
menghadiahi kepada kerabat ortu dan lainnya yang sudah tiada.. dan
menjadi orang soleh solihah aminn Allahumma ya robbal alamiin....
1). PEMBUKAAN
Perlu diketahui bahwa Mushaf Al Quran yang sekarang, sebelumnya di susun oleh Sahabat Rasulullah SAW. Ustman ibnu Affan ra. Menempatkan surah Al Fatiha sebagai "Ummul Kitab" (pembuka), sebelum kita membaca surah Al Quran yang lain, dan merupakan 7 (tujuh) Ayat yang berulang-ulang (As'Sab'ul Matsaany). Berisi Dasar-Dasar Pokok Keimanan dan KETAUHIDAN serta Hukum. Bagaimana menempuh jalan lkebahagian Dunia dan Akhirat. Disamping itu memberikan tarbiyah kepada Jama'ah lainnya. Bahwa surat Al Fatiha adalah bacaan yang paling mudah dihafal sehingga mendorong menambah gairah untuk membaca kepada surah yang selanjutnya. Menjadikan Tertib bacaannya dan berurutan, sebagimana firman Allah:
.
"WARAT-TILIL QUR'AANA TARTIILAA." Artinya: "Dan bacalah Al Quran dengan tertib (perlahan-lahan)." (QS. Al Muzzamil: 4)
.
Bahkan dalam kitab Barjanji atau tatkala kita mendapatkan buku Surat Yassin (Tahlil & Istigoshah) mengenang wafatnya FULAN/FULANAH. Terdapat kalimat Tahlil untuh mendoakan (Hadoroh) melalui pembacaan QS. Al-Fatiha. Seperti: "SUMMA ILA RUHI......Al fatiha..dst.
Timbul pertanyaan apakah itu bukan merupakan bid’ah sesat dan tidak pernah di praktekkan oleh para sahabat nabi SAW.? Untuk menjawabnya, pertama kita harus fahami terlebih dulu apakah yang dimaksud dengan Tawassul.
.
Mohon maaf sebelumnya apabila pembahasan ini agak panjang, insya Allah banyak memakan tempat dalam menulis dan menyertakan dalil-dalil serta permasalahan yang berkembang di masyarakat. Bukan berarti diri ini pintar ataupun bersifat menggurui, akan tetapi semua itu dilakukan semata-mata Lillahi ta'Ala untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.
Sebagai hamba yang dhoif dan banyak kekurangan, semoga Allah membukakan pintu rahmah dan maghfirohnya untuk saya dan kita sekalian. Hakikat manusia yang tak luput dari salah dan Khilaf. Juga terbatasnya ilmu yang saya miliki.
Oleh karena itu dengan sangat berharap, saya mohon juga dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya dari para sahabat, apabila terasa kurang nyaman.
Perlu diketahui bahwa Mushaf Al Quran yang sekarang, sebelumnya di susun oleh Sahabat Rasulullah SAW. Ustman ibnu Affan ra. Menempatkan surah Al Fatiha sebagai "Ummul Kitab" (pembuka), sebelum kita membaca surah Al Quran yang lain, dan merupakan 7 (tujuh) Ayat yang berulang-ulang (As'Sab'ul Matsaany). Berisi Dasar-Dasar Pokok Keimanan dan KETAUHIDAN serta Hukum. Bagaimana menempuh jalan lkebahagian Dunia dan Akhirat. Disamping itu memberikan tarbiyah kepada Jama'ah lainnya. Bahwa surat Al Fatiha adalah bacaan yang paling mudah dihafal sehingga mendorong menambah gairah untuk membaca kepada surah yang selanjutnya. Menjadikan Tertib bacaannya dan berurutan, sebagimana firman Allah:
.
"WARAT-TILIL QUR'AANA TARTIILAA." Artinya: "Dan bacalah Al Quran dengan tertib (perlahan-lahan)." (QS. Al Muzzamil: 4)
.
Bahkan dalam kitab Barjanji atau tatkala kita mendapatkan buku Surat Yassin (Tahlil & Istigoshah) mengenang wafatnya FULAN/FULANAH. Terdapat kalimat Tahlil untuh mendoakan (Hadoroh) melalui pembacaan QS. Al-Fatiha. Seperti: "SUMMA ILA RUHI......Al fatiha..dst.
Timbul pertanyaan apakah itu bukan merupakan bid’ah sesat dan tidak pernah di praktekkan oleh para sahabat nabi SAW.? Untuk menjawabnya, pertama kita harus fahami terlebih dulu apakah yang dimaksud dengan Tawassul.
.
Mohon maaf sebelumnya apabila pembahasan ini agak panjang, insya Allah banyak memakan tempat dalam menulis dan menyertakan dalil-dalil serta permasalahan yang berkembang di masyarakat. Bukan berarti diri ini pintar ataupun bersifat menggurui, akan tetapi semua itu dilakukan semata-mata Lillahi ta'Ala untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.
Sebagai hamba yang dhoif dan banyak kekurangan, semoga Allah membukakan pintu rahmah dan maghfirohnya untuk saya dan kita sekalian. Hakikat manusia yang tak luput dari salah dan Khilaf. Juga terbatasnya ilmu yang saya miliki.
Oleh karena itu dengan sangat berharap, saya mohon juga dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya dari para sahabat, apabila terasa kurang nyaman.
2. APAKAH TAWASUL ITU.?
#Tawassul secara lughowi (bahasa) artinya “dengan mengambil perantara (Wasilah)”. Sedangkan secara istilah yakni berdoa kepada Allah SWT, dengan perantara (wasilah). Ada segolongan umat islam saudara kita, yang sering menamakan diri sebagai kaum “Salafy” pengikut ajaran Muhamad bin Abdul Wahab atau lebih familiar dengan sebutan ajaran Wahabi. Mencap bahwa aktivitas tawasul sesat dan bahkan musyrik, jika bertawasul kepada orang yang telah wafat, kecuali orang masih hidup mereka tidak keberatan. Pendapat inipun harus kita hargai agar jangan sampai kita terjerumus kepada kemusyrikan dalam beribadah kepada اَللّهُ (Alloh).
Hakikat manusia di ciptakan adalah untuk #ibadah kepada Allah dengan memurnikan keta'atan hanya kepada Allah (QS. Al Bayyinah ayat 5). Berkenaan dengan hal ini, hanya hamba yang paling Taqwalah akan mendapat ridho Allah SWT.
.
Sahabat nabi Muhammad SAW, Umar bin Khatab RA bertawasul kepada paman Nabi yakni Abbas bin Abdul Muthalib RA setelah paman Nabi telah meninggal.
Hal ini terbukti dalam sebuah hadits.
.
"ALLOOHUMMA INNAA KUNNA NATAWASSALU ILAIKA BIN ABIYYINAA MUHAMMAD SHALLALLAHU’ALAIHIWASALLAM FATASQIINAA WA-INNAA NATAWASSALU ILAIKA BI’AMMI NABIYYINAA FASQINAA."
Artinya:
“Ya Allah, kami dahulu pernah meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami” (HR Bukhari 3434)
.
"Tawassul" adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Dan sebagai salah satu JALAN.
Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk "MENCARI JALAN" menuju Allah SWT. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hamba-Nya.
Setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
.
3). DALIL-DALIL TENTANG TAWASSUL
.
Dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai berikut:
Allah SWT berfirman dalam surat ke 5 Almaidah, 35:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan "carilah jalan" yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
(QS. 5 Al-Maidah:35)
.
Untuk menyikapi masalah tawassul kita jangan mudah terjebak oleh isu bid'ah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bid'ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah.
Sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan #komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan, disaat sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum.
Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti: bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam.
Atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam wali-wali Allah, bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah.
Itu semua tantangan dakwah kita untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang akan dijelaskan.
.
4). SYARAT (KRITERIA) TAWASSUL
Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT.
4.a). Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut.
4.b). Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya. Apabila ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.
4.c). Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdo'a agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar do'a yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t.
Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan.
5). TAWASSUL DENGAN AMALAN
Para ulama sepakat #memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca al-Qur’an, kemudian mereka bertawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis yang sangat populer.
Diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang #pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya,
Yang #kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjauhi perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang #ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160)
.
6). TAWASSUL DENGAN ORANG SHOLEH
.
Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai martabat dan derajat tinggi di depan Allah. sebagaimana ketika seseorang mengatakan :
"Ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll."
.
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh.
Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama’.
7). LANDASAN DASAR TENTANG TAWASSUL
A). Dalil dari alqur’an.
»1). Allah SWT berfirman dalam Surat Almaidah, 35 :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan *(wasilah/tawassul) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah poada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
*(wasilah/tawassul)
Fungsi tawassul/wasilah disini untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan keberuntungan.
»2). Surat 17 Al-Isra', 57:
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah/tawassul) kepada Tuhan mereka *[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
*[857] .
Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan (wasilah/tawasul) mendekatkan diri kepada Allah.
Lafadl "Alwasilah" dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.
.
3). Wasilah (Tawassul) dalam berdoa.
Sebenarnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12 Yusuf:97. Mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Ya'qub AS.
Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya (QS. 12 Yusuf:97-98).
.
(QS. Yususf :97):
"Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".
.
(QS. Yusuf:98):
"Nabi Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
.
Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT.
Al Quran Surah 17 Al-Isra:57 dengan jelas mengistilahkan "ayyuhum aqrabu", yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.
.
4). Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka.
.
Secara eksplisit menyebutkan kedudukan Nabi Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) dijadikan wasilah terkabulnya doa mereka.
#Hal ini ditegaskan dalam QS. 7 Al-A'raf:134 #
Dengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui Allah ada pada sisimu (kenabian).
#Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS#
Sebagaimana QS 2 Al Baqaroh:37,
"Kemudian Nabi Adam menerima beberapa *kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.".
.
*Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman.
5). Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT.
.
Al-Quran Surah ke-4 An-Nisa':64 bahkan menyebutkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima.
Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya.
"Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
.
B). DALIL HADITS TAWASSUL
.
a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir. .
.
Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :
"Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku meminta-Mu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku".
Lalu Allah berfirman: "Wahai Adam, dari mana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan.?" Adam menjawab: "Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tangan-Mu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruh-Mu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis,
"Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah," maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada nama-Mu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai".
Allah menjawab: "Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, berdoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu"
Hadits 2/651, Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.
Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.
.
Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.
b). Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.
Diriwatyatkan oleh Imam Hakim, Dari Utsman bin Hunaif:
"Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat".
Rasulullah berkata:
"Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata: "bacalah doa, " Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat".
Utsman berkata:"Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar". (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib.
Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.
c). Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.
Diriwayatkan oleh Imam Addarimi: Dari Aus bin Abdullah: "Suatu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata:
"Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung", maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk" (Riwayat Imam Darimi 1/43).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori 1/137, dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:
"Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlah hujan kepada kami, lalu turunlah hujan.
.
d). Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul.
.
Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa:
"Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murka-Mu dan karena mencari ridla-Mu, maka aku meminta-Mu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diri-Mu.".
Maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya". (Riwayat Ibnu Majah dll.).
Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma'qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119). Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272).
Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323). Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).
8). PANDANGAN ULAMA
.
Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu.
Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil Al Quran dan Hadits saja tanpa harus menyertakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya.
Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.
.
#Pandangan Ulama Madzhab#
.
A). IMAM MALIK.
.
Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:
"Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat.? Imam Malik menjawab:"Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat, maka Allah akan memberimu syafaat". (Al-Syifa' karangan Qadli 'Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32).
.
B). IMAM AHMAD.
.
Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :
"Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita."
.
C). IMAM SYAFI'I.
.
Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
"Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku"
.
D). Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky.
.
Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom, hal 160)
.
E). Pandangan Ibnu Taimiyah.
.
Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata :
“Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa:
("Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya'faat.").
Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)
.
F). Pandangan Imam Syaukani.
.
Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shohabat.
.
G). Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab.
.
Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’ dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik.
Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL KHOLQI dan membakar dalailul khoirot.
Maka beliau membantah :
“Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar." Dan ini diperkuat dengan *)surat beliau yang dikirimkan kepada warga majma’ah.
*). Surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68.
.
9). DALIL-DALIL YANG MELARANG
.
Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai berikut:
.
1). Surat Zumar 39:3,
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar."
.
ASBABUN NUZUL.
Konteks ayat ini dalam suatu riwayat dikemukakan berkenaan dengan tiga suku bangsawan: Amir, Kinanah, dan Bani Salamah, yang menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu putri-putri Allah. Serta penyembahan mereka terhadap berhala itu hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ayat ini turun sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan mereka itu hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan di akhirat nanti. (Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu 'Abbas).
.
Orang yang bertawassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah, dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara kepada Allah. Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut:
Tawassul semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara, Tawassul yang dilakukan hanya dengan sesuatu yang dicintai Allah dan berharap ridho serta ampunan-Nya. Agar Allah berkenan mengabulkan doa tersebut.
Sedangkan orang kafir bertawassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah.
.
2). Surah al-Baqarah, 186:2,
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
Allah Maha Dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya...?
Jika Allah Maha Dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan Allah..? Benar secara Aqly (akal) sehat kita jika ada pertanyaan sedemikian cerdas, sedangkan ayat tersebut berkenaan dengan sebab suatu peristiwa atau kejadian sehingga ayat itu diturunkan atau ASBABUN NUZUL-nya.
.
1). Konteks ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi saw. Yang bertanya:
"Apakah Tuhan kita itu Dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya.?" Nabi saw. Terdiam, hingga turunlah ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Abu Hatim, dll.
.
2). Menurut riwayat lain, ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah saw: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-Perkenankan bagimu." (QS. 40 Al Mu'min:60).
Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah.! Apakah Tuhan mendengar doa kita, atau bagaimana.? Sebagai jawabannya turunlah ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186). Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.
.
3). Surat 72 Al-Jin, ayat 18:
"Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah."
Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan mendampingkan siapapun selain Allah. Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja melalui perantara.
#Kesimpulan :
Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalil-dalil di atas.
Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh.
Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang. mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot.
Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak memberi dan menolak doa hamba-Nya.
Hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu.
#Tawassul secara lughowi (bahasa) artinya “dengan mengambil perantara (Wasilah)”. Sedangkan secara istilah yakni berdoa kepada Allah SWT, dengan perantara (wasilah). Ada segolongan umat islam saudara kita, yang sering menamakan diri sebagai kaum “Salafy” pengikut ajaran Muhamad bin Abdul Wahab atau lebih familiar dengan sebutan ajaran Wahabi. Mencap bahwa aktivitas tawasul sesat dan bahkan musyrik, jika bertawasul kepada orang yang telah wafat, kecuali orang masih hidup mereka tidak keberatan. Pendapat inipun harus kita hargai agar jangan sampai kita terjerumus kepada kemusyrikan dalam beribadah kepada اَللّهُ (Alloh).
Hakikat manusia di ciptakan adalah untuk #ibadah kepada Allah dengan memurnikan keta'atan hanya kepada Allah (QS. Al Bayyinah ayat 5). Berkenaan dengan hal ini, hanya hamba yang paling Taqwalah akan mendapat ridho Allah SWT.
.
Sahabat nabi Muhammad SAW, Umar bin Khatab RA bertawasul kepada paman Nabi yakni Abbas bin Abdul Muthalib RA setelah paman Nabi telah meninggal.
Hal ini terbukti dalam sebuah hadits.
.
"ALLOOHUMMA INNAA KUNNA NATAWASSALU ILAIKA BIN ABIYYINAA MUHAMMAD SHALLALLAHU’ALAIHIWASALLAM FATASQIINAA WA-INNAA NATAWASSALU ILAIKA BI’AMMI NABIYYINAA FASQINAA."
Artinya:
“Ya Allah, kami dahulu pernah meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami” (HR Bukhari 3434)
.
"Tawassul" adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Dan sebagai salah satu JALAN.
Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk "MENCARI JALAN" menuju Allah SWT. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hamba-Nya.
Setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
.
3). DALIL-DALIL TENTANG TAWASSUL
.
Dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai berikut:
Allah SWT berfirman dalam surat ke 5 Almaidah, 35:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan "carilah jalan" yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
(QS. 5 Al-Maidah:35)
.
Untuk menyikapi masalah tawassul kita jangan mudah terjebak oleh isu bid'ah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bid'ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah.
Sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan #komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan, disaat sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum.
Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti: bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam.
Atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam wali-wali Allah, bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah.
Itu semua tantangan dakwah kita untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang akan dijelaskan.
.
4). SYARAT (KRITERIA) TAWASSUL
Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT.
4.a). Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut.
4.b). Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya. Apabila ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.
4.c). Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdo'a agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar do'a yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t.
Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan.
5). TAWASSUL DENGAN AMALAN
Para ulama sepakat #memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca al-Qur’an, kemudian mereka bertawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis yang sangat populer.
Diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang #pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya,
Yang #kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjauhi perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang #ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160)
.
6). TAWASSUL DENGAN ORANG SHOLEH
.
Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai martabat dan derajat tinggi di depan Allah. sebagaimana ketika seseorang mengatakan :
"Ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll."
.
Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh.
Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama’.
7). LANDASAN DASAR TENTANG TAWASSUL
A). Dalil dari alqur’an.
»1). Allah SWT berfirman dalam Surat Almaidah, 35 :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan *(wasilah/tawassul) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah poada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
*(wasilah/tawassul)
Fungsi tawassul/wasilah disini untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan keberuntungan.
»2). Surat 17 Al-Isra', 57:
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah/tawassul) kepada Tuhan mereka *[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
*[857] .
Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan (wasilah/tawasul) mendekatkan diri kepada Allah.
Lafadl "Alwasilah" dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.
.
3). Wasilah (Tawassul) dalam berdoa.
Sebenarnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12 Yusuf:97. Mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Ya'qub AS.
Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya (QS. 12 Yusuf:97-98).
.
(QS. Yususf :97):
"Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".
.
(QS. Yusuf:98):
"Nabi Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
.
Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT.
Al Quran Surah 17 Al-Isra:57 dengan jelas mengistilahkan "ayyuhum aqrabu", yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.
.
4). Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka.
.
Secara eksplisit menyebutkan kedudukan Nabi Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) dijadikan wasilah terkabulnya doa mereka.
#Hal ini ditegaskan dalam QS. 7 Al-A'raf:134 #
Dengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui Allah ada pada sisimu (kenabian).
#Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS#
Sebagaimana QS 2 Al Baqaroh:37,
"Kemudian Nabi Adam menerima beberapa *kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.".
.
*Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman.
5). Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT.
.
Al-Quran Surah ke-4 An-Nisa':64 bahkan menyebutkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima.
Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya.
"Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
.
B). DALIL HADITS TAWASSUL
.
a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir. .
.
Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :
"Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku meminta-Mu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku".
Lalu Allah berfirman: "Wahai Adam, dari mana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan.?" Adam menjawab: "Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tangan-Mu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruh-Mu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis,
"Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah," maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada nama-Mu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai".
Allah menjawab: "Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, berdoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu"
Hadits 2/651, Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.
Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.
.
Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.
b). Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.
Diriwatyatkan oleh Imam Hakim, Dari Utsman bin Hunaif:
"Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat".
Rasulullah berkata:
"Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata: "bacalah doa, " Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat".
Utsman berkata:"Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar". (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib.
Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.
c). Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.
Diriwayatkan oleh Imam Addarimi: Dari Aus bin Abdullah: "Suatu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata:
"Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung", maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk" (Riwayat Imam Darimi 1/43).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori 1/137, dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:
"Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlah hujan kepada kami, lalu turunlah hujan.
.
d). Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul.
.
Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa:
"Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murka-Mu dan karena mencari ridla-Mu, maka aku meminta-Mu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diri-Mu.".
Maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya". (Riwayat Ibnu Majah dll.).
Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma'qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119). Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272).
Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323). Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).
8). PANDANGAN ULAMA
.
Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu.
Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil Al Quran dan Hadits saja tanpa harus menyertakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya.
Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.
.
#Pandangan Ulama Madzhab#
.
A). IMAM MALIK.
.
Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:
"Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat.? Imam Malik menjawab:"Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat, maka Allah akan memberimu syafaat". (Al-Syifa' karangan Qadli 'Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32).
.
B). IMAM AHMAD.
.
Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :
"Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita."
.
C). IMAM SYAFI'I.
.
Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
"Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku"
.
D). Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky.
.
Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom, hal 160)
.
E). Pandangan Ibnu Taimiyah.
.
Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata :
“Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa:
("Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya'faat.").
Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)
.
F). Pandangan Imam Syaukani.
.
Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shohabat.
.
G). Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab.
.
Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’ dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik.
Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL KHOLQI dan membakar dalailul khoirot.
Maka beliau membantah :
“Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar." Dan ini diperkuat dengan *)surat beliau yang dikirimkan kepada warga majma’ah.
*). Surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68.
.
9). DALIL-DALIL YANG MELARANG
.
Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai berikut:
.
1). Surat Zumar 39:3,
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar."
.
ASBABUN NUZUL.
Konteks ayat ini dalam suatu riwayat dikemukakan berkenaan dengan tiga suku bangsawan: Amir, Kinanah, dan Bani Salamah, yang menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu putri-putri Allah. Serta penyembahan mereka terhadap berhala itu hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ayat ini turun sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan mereka itu hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan di akhirat nanti. (Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu 'Abbas).
.
Orang yang bertawassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah, dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara kepada Allah. Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut:
Tawassul semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara, Tawassul yang dilakukan hanya dengan sesuatu yang dicintai Allah dan berharap ridho serta ampunan-Nya. Agar Allah berkenan mengabulkan doa tersebut.
Sedangkan orang kafir bertawassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah.
.
2). Surah al-Baqarah, 186:2,
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
Allah Maha Dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya...?
Jika Allah Maha Dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan Allah..? Benar secara Aqly (akal) sehat kita jika ada pertanyaan sedemikian cerdas, sedangkan ayat tersebut berkenaan dengan sebab suatu peristiwa atau kejadian sehingga ayat itu diturunkan atau ASBABUN NUZUL-nya.
.
1). Konteks ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi saw. Yang bertanya:
"Apakah Tuhan kita itu Dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya.?" Nabi saw. Terdiam, hingga turunlah ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Abu Hatim, dll.
.
2). Menurut riwayat lain, ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah saw: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-Perkenankan bagimu." (QS. 40 Al Mu'min:60).
Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah.! Apakah Tuhan mendengar doa kita, atau bagaimana.? Sebagai jawabannya turunlah ayat ini (QS. 2 Al Baqarah:186). Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.
.
3). Surat 72 Al-Jin, ayat 18:
"Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah."
Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan mendampingkan siapapun selain Allah. Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja melalui perantara.
#Kesimpulan :
Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalil-dalil di atas.
Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh.
Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang. mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot.
Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak memberi dan menolak doa hamba-Nya.
Hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu.
Contoh TAWASUL YANG BAIK
Audzubillahiminas
Syaithon nirrojiim 1
x
Al-Fatihah 1
x
Syahadat 3
x
Istighfar 3
x
Sholawat Abasyiah 3
x
Al-Ikhlas,
Al-Falaq, An-nas
Yasalam,
Yaa Alloh, Yaa Rohman, Yaa Rohiim, Yaa Qudus, Yaa Malikul Mulki, Yaa Dzalzala
lil wal ikhrom, Yaa Rozak, Yaa Fatah, Yaa Hayyu, Yaa Qoyyum, Yaa Mu’miin, Yaa
Muhaimin, Yaa Aziz, Yaa Mutakabbir, Yaa Jabbar, Yaa Kholiq, Yaa Wahab, Yaa
‘Alim.
Assalamu’alaika
Ya.. Malaikatulloh, Assalamu’alaika Ya.. Jibril, Ya.. Mikail, Ya… Isrofil, Ya…
Ijroil, Ya.. Roqib, Ya.. Atid, Ya… Munkar, Ya… Nakir, Ya Ridwan, Ya Malik,
Salahum al-fatihah
Assalamu’alaika Ya………………….. Rosululloh
Assalamu’alaika
Ya…………………....Habibballoh
Assalamu’alaika
Ya……………………Safwatulloh
Assalamu’alaika
Ya……………………Bajaro
Assalamu’alaika
Ya………… .……….Bal Kosim
Assalamu’alaika
Ya…………… …….Saidal Mursalin
Assalamu’alaika
Ya………………..….Saidal Wujud
Illahadhoroti
nabiyil mustofa Rosululloh SAW, wa alla alihi wa ajwajihi, wa duriyatihi wa
ahli baitihi wa ala ashabihi salahum al-fatihah…….
Wa
illahadhoroti Nabiyulloh, Wa Ya Kanjeng Nabi Adam, Ya kanjeng nabi Ibrahim, Ya
kanjeng nabi Musa, Ya kanjeng Nabi Sulaiman, Ya Kanjeng Nabi Idris, Ya kanjeng
Nabi Daud, Ya Kanjeng Nabi Yusuf, Ya Kanjeng Nabi Ilyas Ya kanjeng Nabi Zakaria,
Ya Kanjeng Nabi Ilyasa, Ya Kanjeng Nabi Sueb, Ya Kanjeng Nabi Isa, Ya Kanjeng
Nabi Harun, Ya Kanjeng Nabi Ismail, Ya Kanjeng Nabi Nuh, Ya Kanjeng Nabi Hud,
Ya Kanjeng Nabi Zulkifli. Salahum Al-Fatihah…
Wa
illahadhoroti Khususon Nabihil Khaidir alaihi salam wa ala alihi waajwajihi
waduriyatihi wa ahli baitihi wa ashabihi salahum al-fatihah….
Suma
illa hadhoroti shabatain khulafaur rosidin Abi Bakri, wa Umar, wa Usman, wa Ali
Rodiyallohu an hum salahum al-fatihah…..
Wa
illahadhoroti khususon aulia syech Abdul Qodir Jaelani Kodhrohus sih rohufil
Baghdadi, Wa Ya Kanjeng Syech Syarif Hidayatulloh (Kanjeng Sunan Gunung Jati) illa hadhoroti Syech Maulana Malik Ibrahim,
illa hadhoroti kanjeng Sunan Ampel, illa Hadroroti Kanjeng Sunan Bonang, illa
hadhoroti kanjeng Sunan Giri, illa hadhoroti kanjeng Sunan Drajat, illa
hadhoroti kanjeng Sunan Kudus, illa hadhoroti kanjeng Sunan Muria, Wa illa
hadhoroti kanjeng Sunan Kalijaga Salahum al-fatihah…..
Suma
Illa hadhoroti Kanjeng Raden Arya Kemuning, Wa Ya Kanjeng Pangeran Adi Wijaya … (Nama-nama Pangeran)
Suma
Illa Hadhoroti Abi wa Umi …… (Orang Tua, Kakek-Nenek, dan Buyut-buyut……)
Al-fatihah…… Terus (Baca Do’a Kedua
Orang Tua)
Suma
illa Fii Jasadi ustadzi ……. (Sebutkan Nama Guru) Al-fatihah
Khususan
Hajatan Min jihati…....(Nama Kita dan Bin) Terus …… (Baca Niat dan Do’a Kita)
Al-fatihah
Wa
usulihim wa ufurihim jamiil mukminin wal mukminat, muslimin wal muslimat
kuluhum ajmain birohmatika ya arhama rohimiin…
Allohumaghfirlahum
warhamhum, wa’afihi wa’fu anhum salahum Al-fatihah…
Do’a
untuk diri sendiri
“Ya
Alloh saya minta barokah yang di dzikirkan”
Allohumma
hasil ma kosidi wa ma kosidahum dhohiron wa bathinna fidini wa dunya wal
akhiroh…..